ILMU GIZI OLAHRAGA
(Part 1)
PENGERTIAN
Gizi
Zat gizi (Nutrients): ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya(menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta
mengatur proses- proses kehidupan).
Nutrisi atau gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme
untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan
kesehatan. (id. Wikipedia)
Ilmu Gizi dan Ilmu Gizi Olahraga :
ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan makanan dan
minuman terhadap kesehatan tubuh manusia agar tidak mengalami penyakit
gangguan gizi, dimana gangguan gizi sendiri adalah sebuah penyakit yang
diakibatkan oleh kurangnya zat-zat vitamin tertentu sehingga
mengakibatkan tubuh kita mengalami gangguan gizi.
Ilmu Gizi (Nutrience Science) adalah ilmu yang mempelajari segala
sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal/
tubuh.[1] Sayangnya makanan sekarang bisa dibilang hampir sedikit sekali
gizi yang dikandungnya. Contohnya: banyak sekali penggunaan bahan kimia
seperti pestisida pada sayur - sayuran biarpun proses penanamannya
organik tapi tidak luput dari yang namanya pestisida, sedangkan untuk
buah - buahan sekarang serba import, buah yang diimport membutuhkan
kurang lebih 1 bulan dalam proses distribusinya itu menyebabkan
kandungan gizi dalam buah - buahan juga berkurang.
ilmu yang mempelajari hubungan antara pengelolaan makanan dengan kinerja
fisik yang bermanfaat untuk kesehatan, kebugaran, pertumbuhananak serta
pembinaan prestasi olahraga.
Penelitian di bidang nutrisi mempelajari hubungan antara makanan dan
minuman terhadap kesehatan dan penyakit, khususnya dalam menentukan diet
yang optimal. Pada masa lalu, penelitian mengenai nutrisi hanya
terbatas pada pencegahan penyakit kurang gizi dan menentukan standard
kebutuhan dasar nutrisi pada makhluk hidup. Angka kebutuhan nutrisi (zat
gizi) dasar ini dikenal di dunia internasional dengan istilah
Recommended Daily Allowance (RDA).
Seiring dengan perkembangan ilmiah di bidang medis dan biologi
molekular, bukti-bukti medis menunjukkan bahwa RDA belum mencukupi untuk
menjaga fungsi optimal tubuh dan mencegah atau membantu penanganan
penyakit kronis. Bukti-bukti medis menunjukkan bahwa akar dari banyak
penyakit kronis adalah stres oksidatif yang disebabkan oleh berlebihnya
radikal bebas di dalam tubuh. Penggunaan nutrisi dalam level yang
optimal, dikenal dengan Optimal Daily Allowance (ODA), terbukti dapat
mencegah dan menangani stres oksidatif sehingga membantu pencegahan
penyakit kronis. Level optimal ini dapat dicapai bila jumlah dan
komposisi nutrisi yang digunakan tepat. Dalam penanganan penyakit,
penggunaan nutrisi sebagai pengobatan komplementer dapat membantu
efektifitas dari pengobatan dan pada saat yang bersamaan mengatasi efek
samping dari pengobatan. Karena itu, nutrisi / gizi sangat erat
kaitannya dengan kesehatan yang optimal dan peningkatan kualitas hidup.
Hasil ukur bisa dilakukan dengan metode antropometri.
TUJUAN
Tujuan mempelajari ilmu gizi olahraga adalah memahami hubungan nutrisi, gaya hidup,dan kinerja fisik.
C. MACAM-MACAM ZAT GIZI
Karbohidrat
Karbohidrat ('hidrat dari karbon', hidrat arang) atau sakarida (dari
bahasa Yunani σάκχαρον, sákcharon, berarti "gula") adalah segolongan
besar senyawa organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki
berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar
(misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan
glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada
tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur).[1] Pada proses fotosintesis,
tetumbuhan hijau mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat.
Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau
polihidroksil-keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini
bila dihidrolisis.[2] Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil
(sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil. Pada awalnya,
istilah karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang mempunyai
rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak
terhidrasi oleh n molekul air.[3] Namun demikian, terdapat pula
karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada pula yang
mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur.[2]
Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul
gula sederhana yang disebut monosakarida, misalnya glukosa, galaktosa,
dan fruktosa. Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari
molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula
bercabang-cabang, disebut polisakarida, misalnya pati, kitin, dan
selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida, terdapat pula disakarida
(rangkaian dua monosakarida) dan oligosakarida (rangkaian beberapa
monosakarida).
Peran dalam biosfer
Fotosintesis menyediakan makanan bagi hampir seluruh kehidupan di bumi,
baik secara langsung atau tidak langsung. Organisme autotrof seperti
tumbuhan hijau, bakteri, dan alga fotosintetik memanfaatkan hasil
fotosintesis secara langsung. Sementara itu, hampir semua organisme
heterotrof, termasuk manusia, benar-benar bergantung pada organisme
autotrof untuk mendapatkan makanan.[4]
Pada proses fotosintesis, karbon dioksida diubah menjadi karbohidrat
yang kemudian dapat digunakan untuk mensintesis materi organik lainnya.
Karbohidrat yang dihasilkan oleh fotosintesis ialah gula berkarbon tiga
yang dinamai gliseraldehida 3-fosfat.menurut rozison (2009) Senyawa ini
merupakan bahan dasar senyawa-senyawa lain yang digunakan langsung oleh
organisme autotrof, misalnya glukosa, selulosa, dan amilum.
Peran sebagai bahan bakar dan nutrisi
Kentang merupakan salah satu bahan makanan
yang mengandung banyak karbohidrat.
Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh makhluk
hidup. Monosakarida, khususnya glukosa, merupakan nutrien utama sel.
Misalnya, pada vertebrata, glukosa mengalir dalam aliran darah sehingga
tersedia bagi seluruh sel tubuh. Sel-sel tubuh tersebut menyerap glukosa
dan mengambil tenaga yang tersimpan di dalam molekul tersebut pada
proses respirasi seluler untuk menjalankan sel-sel tubuh. Selain itu,
kerangka karbon monosakarida juga berfungsi sebagai bahan baku untuk
sintesis jenis molekul organik kecil lainnya, termasuk asam amino dan
asam lemak.[1]
Sebagai nutrisi untuk manusia, 1 gram karbohidrat memiliki nilai energi 4
Kalori.[5] Dalam menu makanan orang Asia Tenggara termasuk Indonesia,
umumnya kandungan karbohidrat cukup tinggi, yaitu antara 70–80%. Bahan
makanan sumber karbohidrat ini misalnya padi-padian atau serealia
(gandum dan beras), umbi-umbian (kentang, singkong, ubi jalar), dan
gula.[6]
Namun demikian, daya cerna tubuh manusia terhadap karbohidrat
bermacam-macam bergantung pada sumbernya, yaitu bervariasi antara
90%–98%. Serat menurunkan daya cerna karbohidrat menjadi 85%.[7] Manusia
tidak dapat mencerna selulosa sehingga serat selulosa yang dikonsumsi
manusia hanya lewat melalui saluran pencernaan dan keluar bersama feses.
Serat-serat selulosa mengikis dinding saluran pencernaan dan
merangsangnya mengeluarkan lendir yang membantu makanan melewati saluran
pencernaan dengan lancar sehingga selulosa disebut sebagai bagian
penting dalam menu makanan yang sehat. Contoh makanan yang sangat kaya
akan serat selulosa ialah buah-buahan segar, sayur-sayuran, dan
biji-bijian.[8]
Selain sebagai sumber energi, karbohidrat juga berfungsi untuk menjaga
keseimbangan asam basa di dalam tubuh[rujukan?], berperan penting dalam
proses metabolisme dalam tubuh, dan pembentuk struktur sel dengan
mengikat protein dan lemak.
Peran sebagai cadangan energi
Beberapa jenis polisakarida berfungsi sebagai materi simpanan atau
cadangan, yang nantinya akan dihidrolisis untuk menyediakan gula bagi
sel ketika diperlukan. Pati merupakan suatu polisakarida simpanan pada
tumbuhan. Tumbuhan menumpuk pati sebagai granul atau butiran di dalam
organel plastid, termasuk kloroplas. Dengan mensintesis pati, tumbuhan
dapat menimbun kelebihan glukosa. Glukosa merupakan bahan bakar sel yang
utama, sehingga pati merupakan energi cadangan.[9]
Sementara itu, hewan menyimpan polisakarida yang disebut glikogen.
Manusia dan vertebrata lainnya menyimpan glikogen terutama dalam sel
hati dan otot. Penguraian glikogen pada sel-sel ini akan melepaskan
glukosa ketika kebutuhan gula meningkat. Namun demikian, glikogen tidak
dapat diandalkan sebagai sumber energi hewan untuk jangka waktu lama.
Glikogen simpanan akan terkuras habis hanya dalam waktu sehari kecuali
kalau dipulihkan kembali dengan mengonsumsi makanan.[9]
Peran sebagai materi pembangun
Organisme membangun materi-materi kuat dari polisakarida struktural.
Misalnya, selulosa ialah komponen utama dinding sel tumbuhan. Selulosa
bersifat seperti serabut, liat, tidak larut di dalam air, dan ditemukan
terutama pada tangkai, batang, dahan, dan semua bagian berkayu dari
jaringan tumbuhan.[10] Kayu terutama terbuat dari selulosa dan
polisakarida lain, misalnya hemiselulosa dan pektin. Sementara itu,
kapas terbuat hampir seluruhnya dari selulosa.
Polisakarida struktural penting lainnya ialah kitin, karbohidrat yang
menyusun kerangka luar (eksoskeleton) arthropoda (serangga, laba-laba,
crustacea, dan hewan-hewan lain sejenis). Kitin murni mirip seperti
kulit, tetapi akan mengeras ketika dilapisi kalsium karbonat. Kitin juga
ditemukan pada dinding sel berbagai jenis fungi.[8]
Sementara itu, dinding sel bakteri terbuat dari struktur gabungan
karbohidrat polisakarida dengan peptida, disebut peptidoglikan. Dinding
sel ini membentuk suatu kulit kaku dan berpori membungkus sel yang
memberi perlindungan fisik bagi membran sel yang lunak dan sitoplasma di
dalam sel.[11]
Karbohidrat struktural lainnya yang juga merupakan molekul gabungan
karbohidrat dengan molekul lain ialah proteoglikan, glikoprotein, dan
glikolipid. Proteoglikan maupun glikoprotein terdiri atas karbohidrat
dan protein, namun proteoglikan terdiri terutama atas karbohidrat,
sedangkan glikoprotein terdiri terutama atas protein. Proteoglikan
ditemukan misalnya pada perekat antarsel pada jaringan, tulang rawan,
dan cairan sinovial yang melicinkan sendi otot. Sementara itu,
glikoprotein dan glikolipid (gabungan karbohidrat dan lipid) banyak
ditemukan pada permukaan sel hewan.[12] Karbohidrat pada glikoprotein
umumnya berupa oligosakarida dan dapat berfungsi sebagai penanda sel.
Misalnya, empat golongan darah manusia pada sistem ABO (A, B, AB, dan O)
mencerminkan keragaman oligosakarida pada permukaan sel darah
merah.[13]
Klasifikasi karbohidrat
Monosakarida
Monosakarida merupakan karbohidrat paling sederhana karena molekulnya
hanya terdiri atas beberapa atom C dan tidak dapat diuraikan dengan cara
hidrolisis menjadi karbohidrat lain. Monosakarida dibedakan menjadi
aldosa dan ketosa. Contoh dari aldosa yaitu glukosa dan galaktosa.
Contoh ketosa yaitu fruktosa.
Disakarida dan oligosakarida
Disakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari dua molekul
monosakarida yang berikatan melalui gugus -OH dengan melepaskan molekul
air. Contoh dari disakarida adalah sukrosa, laktosa, dan maltosa.
Polisakarida
Polisakarida merupakan karbohidrat yang terbentuk dari banyak sakarida
sebagai monomernya. Rumus umum polisakarida yaitu C6(H10O5)n. Contoh
polisakarida adalah selulosa, glikogen, dan amilum.
Protein
Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling
utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon,
hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein
berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan
virus.
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein
lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya
protein yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat
dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam
bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam
transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan
sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam
amino tersebut (heterotrof).
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain
polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama
makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan salah satu molekul yang
paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan oleh Jöns Jakob
Berzelius pada tahun 1838.
Biosintesis protein alami sama dengan ekspresi genetik. Kode genetik
yang dibawa DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan
bagi translasi yang dilakukan ribosom.[1] Sampai tahap ini, protein
masih "mentah", hanya tersusun dari asam amino proteinogenik. Melalui
mekanisme pascatranslasi, terbentuklah protein yang memiliki fungsi
penuh secara biologi.[2][3]
Struktur
Struktur tersier protein. Protein ini memiliki banyak struktur
sekunder beta-sheet dan alpha-helix yang sangat pendek. Model dibuat
dengan menggunakan koordinat dari Bank Data Protein (nomor 1EDH).
Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur
primer (tingkat satu), sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga),
dan kuartener (tingkat empat):[4][5] struktur primer protein merupakan
urutan asam amino penyusun protein yang dihubungkan melalui ikatan
peptida (amida). Frederick Sanger merupakan ilmuwan yang berjasa dengan
temuan metode penentuan deret asam amino pada protein, dengan penggunaan
beberapa enzim protease yang mengiris ikatan antara asam amino
tertentu, menjadi fragmen peptida yang lebih pendek untuk dipisahkan
lebih lanjut dengan bantuan kertas kromatografik. Urutan asam amino
menentukan fungsi protein, pada tahun 1957, Vernon Ingram menemukan
bahwa translokasi asam amino akan mengubah fungsi protein, dan lebih
lanjut memicu mutasi genetik. struktur sekunder protein adalah struktur
tiga dimensi lokal dari berbagai rangkaian asam amino pada protein yang
distabilkan oleh ikatan hidrogen.
Berbagai bentuk struktur sekunder misalnya ialah sebagai berikut:
alpha helix (α-helix, "puntiran-alfa"), berupa pilinan rantai asam-asam amino berbentuk seperti spiral;
beta-sheet (β-sheet, "lempeng-beta"), berupa lembaran-lembaran lebar
yang tersusun dari sejumlah rantai asam amino yang saling terikat
melalui ikatan hidrogen atau ikatan tiol (S-H);
beta-turn, (β-turn, "lekukan-beta"); dan gamma-turn, (γ-turn, "lekukan-gamma").[4]
struktur tersier yang merupakan gabungan dari aneka ragam dari struktur
sekunder. Struktur tersier biasanya berupa gumpalan. Beberapa molekul
protein dapat berinteraksi secara fisik tanpa ikatan kovalen membentuk
oligomer yang stabil (misalnya dimer, trimer, atau kuartomer) dan
membentuk struktur kuartener.
contoh struktur kuartener yang terkenal adalah enzim Rubisco dan insulin.
Struktur primer protein bisa ditentukan dengan beberapa metode: (1)
hidrolisis protein dengan asam kuat (misalnya, 6N HCl) dan kemudian
komposisi asam amino ditentukan dengan instrumen amino acid analyzer,
(2) analisis sekuens dari ujung-N dengan menggunakan degradasi Edman,
(3) kombinasi dari digesti dengan tripsin dan spektrometri massa, dan
(4) penentuan massa molekular dengan spektrometri massa.
Struktur sekunder bisa ditentukan dengan menggunakan spektroskopi
circular dichroism (CD) dan Fourier Transform Infra Red (FTIR).[6]
Spektrum CD dari puntiran-alfa menunjukkan dua absorbans negatif pada
208 dan 220 nm dan lempeng-beta menunjukkan satu puncak negatif sekitar
210-216 nm. Estimasi dari komposisi struktur sekunder dari protein bisa
dikalkulasi dari spektrum CD. Pada spektrum FTIR, pita amida-I dari
puntiran-alfa berbeda dibandingkan dengan pita amida-I dari
lempeng-beta. Jadi, komposisi struktur sekunder dari protein juga bisa
diestimasi dari spektrum inframerah.
Struktur protein lainnya yang juga dikenal adalah domain. Struktur ini
terdiri dari 40-350 asam amino. Protein sederhana umumnya hanya memiliki
satu domain. Pada protein yang lebih kompleks, ada beberapa domain yang
terlibat di dalamnya. Hubungan rantai polipeptida yang berperan di
dalamnya akan menimbulkan sebuah fungsi baru berbeda dengan komponen
penyusunnya. Bila struktur domain pada struktur kompleks ini berpisah,
maka fungsi biologis masing-masing komponen domain penyusunnya tidak
hilang. Inilah yang membedakan struktur domain dengan struktur
kuartener. Pada struktur kuartener, setelah struktur kompleksnya
berpisah, protein tersebut tidak fungsional.
Kekurangan Protein
Protein sendiri mempunyai banyak sekali fungsi di tubuh kita. Pada
dasarnya protein menunjang keberadaan setiap sel tubuh, proses kekebalan
tubuh. Setiap orang dewasa harus sedikitnya mengonsumsi 1 g protein per
kg berat tubuhnya. Kebutuhan akan protein bertambah pada perempuan yang
mengandung dan atlet-atlet.
Kekurangan Protein bisa berakibat fatal:
Kerontokan rambut (Rambut terdiri dari 97-100% dari Protein -Keratin)
Yang paling buruk ada yang disebut dengan Kwasiorkor, penyakit
kekurangan protein.[7] Biasanya pada anak-anak kecil yang menderitanya,
dapat dilihat dari yang namanya busung lapar, yang disebabkan oleh
filtrasi air di dalam pembuluh darah sehingga menimbulkan odem.Simptom
yang lain dapat dikenali adalah:
hipotonus
gangguan pertumbuhan
hati lemak
Kekurangan yang terus menerus menyebabkan marasmus dan berkibat kematian.
Sintese protein
Artikel utama: Proteinbiosynthese
Dari makanan kita memperoleh Protein. Di sistem pencernaan protein akan
diuraikan menjadi peptid peptid yang strukturnya lebih sederhana terdiri
dari asam amino. Hal ini dilakukan dengan bantuan enzim. Tubuh manusia
memerlukan 9 asam amino. Artinya kesembilan asam amino ini tidak dapat
disintesa sendiri oleh tubuh esensiil, sedangkan sebagian asam amino
dapat disintesa sendiri atau tidak esensiil oleh tubuh. Keseluruhan
berjumlah 21 asam amino. Setelah penyerapan di usus maka akan diberikan
ke darah. Darah membawa asam amino itu ke setiap sel tubuh. Kode untuk
asam amino tidak esensiil dapat disintesa oleh DNA. Ini disebut dengan
DNAtranskripsi. Kemudian karena hasil transkripsi di proses lebih lanjut
di ribosom atau retikulum endoplasma, disebut sebagai translasi.
Sumber Protein
Daging
Ikan
Telur
Susu, dan produk sejenis Quark
Tumbuhan berbji
Suku polong-polongan
Kentang
Studi dari Biokimiawan USA Thomas Osborne Lafayete Mendel, Profesor
untuk biokimia di Yale, 1914, mengujicobakan protein konsumsi dari
daging dan tumbuhan kepada kelinci. Satu grup kelinci-kelinci tersebut
diberikan makanan protein hewani, sedangkan grup yang lain diberikan
protein nabati. Dari eksperimennya didapati bahwa kelinci yang
memperoleh protein hewani lebih cepat bertambah beratnya dari kelinci
yang memperoleh protein nabati. Kemudian studi selanjutnya, oleh McCay
dari Universitas Berkeley menunjukkan bahwa kelinci yang memperoleh
protein nabati, lebih sehat dan hidup dua kali lebih lama.
Keuntungan Protein
Sumber energi
Pembetukan dan perbaikan sel dan jaringan
Sebagai sintesis hormon,enzim, dan antibodi
Pengatur keseimbangan kadar asam basa dalam sel
Lemak
Lemak (bahasa Inggris: fat) merujuk pada sekelompok besar
molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan
oksigen meliputi asam lemak, malam, sterol, vitamin-vitamin yang larut
di dalam lemak (contohnya A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida,
fosfolipid, glikolipid, terpenoid (termasuk di dalamnya getah dan
steroid) dan lain-lain.
Lemak secara khusus menjadi sebutan bagi minyak hewani pada suhu ruang,
lepas dari wujudnya yang padat maupun cair, yang terdapat pada jaringan
tubuh yang disebut adiposa.
Pada jaringan adiposa, sel lemak mengeluarkan hormon leptin dan resistin
yang berperan dalam sistem kekebalan, hormon sitokina yang berperan
dalam komunikasi antar sel. Hormon sitokina yang dihasilkan oleh
jaringan adiposa secara khusus disebut hormon adipokina, antara lain
kemerin, interleukin-6, plasminogen activator inhibitor-1, retinol
binding protein 4 (RBP4), tumor necrosis factor-alpha (TNFα), visfatin,
dan hormon metabolik seperti adiponektin dan hormon adipokinetik (Akh).
Vitamin
Vitamin merupakan satu dari berbagai jenis senyawa yang dapat
menghambat reaksi perusakan tubuh best bodybuilding supplements oleh
senyawa radikal bebas terkait dengan aktivitas antioksidannya. Asupan
vitamin antioksidan yang cukup akan membantu tubuh mengurangi efek
penuaan oleh radikal bebas, terutama oleh oksigen bebas yang
reaktif.[35] Selain itu, vitamin juga berkontribusi dalam menyokong
sistem imun yang baik sehingga risiko terkena berbagai penyakit
degeneratif dan penyakit lainnya dapat ditekan, terutama pada manula.
Jadi, secara tidak langsung, asupan vitamin yang cukup dan seimbang
dapat menciptakan kondisi tubuh yang sehat dan berumur panjang.
Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa
organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam
metabolisme setiap organisme,[1] yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh.
Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya
"hidup" dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang
memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap
demikian.[2] Kelak diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak
memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim),
vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim.
Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat
bertumbuh dan berkembang secara normal.[3]
Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat
bertumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain
vitamin A, C, D, E, K, dan B (tiamin, riboflavin, niasin, asam
pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat).[3] Walau
memiliki peranan yang sangat penting, tubuh hanya dapat memproduksi
vitamin D dan vitamin K dalam bentuk provitamin yang tidak aktif. Oleh
karena itu, tubuh memerlukan asupan vitamin yang berasal dari makanan
yang kita konsumsi. Buah-buahan dan sayuran terkenal memiliki kandungan
vitamin yang tinggi dan hal tersebut sangatlah baik untuk tubuh. Asupan
vitamin lain dapat diperoleh melalui suplemen makanan.[3]
Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula
memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi,
tubuh dapat mengalami suatu penyakit.[3] Tubuh hanya memerlukan vitamin
dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka
metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya tidak
dapat digantikan oleh senyawa lain.[2] Gangguan kesehatan ini dikenal
dengan istilah avitaminosis.[4] Contohnya adalah bila kita kekurangan
vitamin A maka kita akan mengalami kerabunan. Di samping itu, asupan
vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan
metabolisme pada tubuh.[5]
Vitamin merupakan suatu senyawa yang telah lama dikenal oleh
peradaban manusia. Sudah sejak ribuan tahun lalu, manusia telah mengenal
vitamin sebagai salah satu senyawa yang dapat memberikan efek kesehatan
bagi tubuh. Seiring dengan berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan,
berbagai hal dan penelusuran lebih mendalam mengenai vitamin pun turut
diperbaharui. Garis besar sejarah vitamin dapat dibagi menjadi 5 era
penting.[6] Disetiap era tersebut, terjadi suatu kemajuan besar terhadap
senyawa vitamin ini yang diakibatkan oleh adanya kemajuan teknologi dan
ilmu pengetahuan.
Era penyembuhan empiris
Era pertama dimulai pada sekitar tahun 1500-1570 sebelum masehi.[6] Pada
masa itu, banyak ahli pengobatan dari berbagai bangsa, seperti Mesir,
Cina, Jepang, Yunani, Roma, Persia, dan Arab, telah menggunakan ekstrak
senyawa (diduga vitamin) dari hati yang kemudian digunakan untuk
menyembuhkan penyakit kerabunan pada malam hari. Penyakit ini kemudian
diketahui disebabkan oleh defisiensi vitamin A.[2] Walau pada masa
tersebut ekstrak hati tersebut banyak digunakan, para ahli pengobatan
masih belum dapat mengidentifikasi senyawa yang dapat menyembuhkan
penyakit kerabunan tersebut. Oleh karena itu, era ini dikenal dengan era
penyembuhan empiris (berdasarkan pengalaman).[7]
Christiaan Eijkman, salah satu tokoh penting dalam sejarah penemuan vitamin.
Era karakterisasi defisiensi
Perkembangan besar berikutnya mengenai vitamin baru kembali muncul pada
tahun 1890-an.[7] Penemuan ini diprakarsai oleh Lunin dan Christiaan
Eijkman yang melakukan penelitian mengenai penyakit defisiensi pada
hewan. Penemuan inilah yang kemudian memulai era kedua dari lima garis
besar sejarah vitamin di dunia.[6] Penelitian mereka terfokus pada
pengamatan penyakit akibat defisiensi senyawa tertentu. Beberapa tahun
berselang, ilmuwan Sir Frederick G. Hopkins yang sedang melakukan
analisis penyakit beri-beri pada hewan menemukan bahwa hal ini
disebabkan oleh kekurangan suatu senyawa faktor pertumbuhan (growth
factor).[8] Pada tahun 1911, seorang ilmuwan kelahiran Amerika bernama
Dr. Casimir Funk berhasil mengisolasi suatu senyawa yang telah
dibuktikan dapat mencegah peradangan saraf (neuritis) untuk pertama
kalinya.[9] Dr. Casimir juga berhasil mengisolasi senyawa aktif dari
sekam beras yang diyakini memiliki aktivitas antiberi-beri pada tahun
berikutnya. Pada saat itulah (dan untuk pertama kalinya), Dr Funk
mempublikasikan senyawa aktif hasil temuannya tersebut dengan istilah
vitamine (vital dan amines). Pemberian nama amines pada senyawa vitamin
ini karena diduga semua jenis senyawa aktif ini memiliki gugus amina
(amine). Hal tersebut kemudian segera disanggah dan diganti menjadi
vitamin (dengan penghilangan akhiran huruf "e") pada tahun 1920.[10]
Masa keemasan
Era ketiga sejarah vitamin terjadi beberapa dekade berikutnya.[7] Pada
masa tersebut, terjadi banyak penemuan besar mengenai vitamin itu
sendiri, meliputi penemuan vitamin jenis baru, metode penapisan yang
diperbahurui, penggambaran struktur lengkap vitamin, dan síntesis
vitamin B12. Oleh karena hal tersebutlah, era ketiga dari garis besar
sejarah vitamin ini dikenal dengan masa keemasan (golden age).[7] Banyak
penelti yang mendapatkan hadiah nobel atas penemuannya di bidang
vitamin ini. Sir Walter N. Hawort mendapatkan nobel di bidang kimia atas
penemuan vitamin C pada tahun 1937. Hadiah nobel lainnya diperoleh oleh
Carl Peter Henrik Dam di bidang Fisiologi - Pengobatan pada tahun 1943
atas penemuannya terhadap vitamin K.[11] Fritz A Litmann juga turut
memenangkan nobel atas dedikasinya dibidang penelitian mengenai penemuan
koenzim A dan perannya di dalam metabolisme tubuh.[11]
Tadeus Reichstein, seorang ahli kimia yang berhasil memproduksi vitamin C secara massal untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Era karakterisasi fungsi dan produksi
Era keempat ditandai dengan banyaknya penemuan mengenai fungsi biokimia
vitamin di dalam tubuh, perannya dalam makanan yang kita konsumsi
sehari-hari, dan produksi komersial vitamin untuk pertama kalinya dalam
sejarah.[7] Pada tahun 1930-an, para peneliti menemukan bahwa vitamin B2
merupakan bagian dari “enzim kuning”. Vitamin B2 ini sendiri diperoleh
dari ekstrak ragi.[12] Melalui penelitian ini juga, kelompok vitamin B
diketahui berperan sebagai koenzim yang penting di dalam tubuh manusia.
Produksi masal vitamin untuk pertama kalinya juga terjadi pada era ini.
Dikomersilkan pertama kali oleh Tadeus Reichstein pada tahun 1933,
vitamin C telah dijual kepada masyarakat luas dengan harga yang relatif
murah sehingga terjangkau bagi khalayak ramai.[13] Vitamin C yang juga
dikenal dengan istilah asam askorbat ini kemudian banyak dipakai sebagai
suplemen makanan, penelitian, dan gizi tambahan bagi hewan ternak. Atas
hasil penemuan ini, Tadeus Reichstein mendapatkan nobel di bidang
Fisiologi – Pengobatan pada tahun 1950.[14]
Era penemuan nilai kesehatan vitamin
Hanya dalam waktu 1 dekade berikutnya setelah era vitamin keempat,
perkembangan ilmu pengetahuan telah membawa vitamin keera berikutnya,
yaitu era kelima dimana banyak ditemukan nilai kesehatan dari
masing-masing jenis vitamin dan penemuan baru mengenai fungsi biokimia
vitamin bagi tubuh.[7] Masa ini dimulai pada tahun 1955 ketika Rudolf
Altschul menemukan bahwa niasin (vitamin B3) dapat menurunkan kadar
kolesterol dalam darah.[15] Peranan kesehatan ini terlepas dari efek
defisiensi vitamin B3 itu sendiri maupun perannya sebagai koenzim dalam
metabolisme tubuh.[16]
Berbagai vitamin
Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok
besar, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam
lemak. Hanya terdapat 2 vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan C,
sedangkan vitamin lainnya, yaitu vitamin A, D, E, dan K bersifat larut
dalam lemak.[17] Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam
jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini kemudian akan
dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa
jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh,
sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di
dalam tubuh.[17]
Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak, jenis vitamin larut dalam
air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera
hilang bersama aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh
tubuh, vitamin yang terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan
beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak dibutuhkan, vitamin ini
akan segera dibuang tubuh bersama urin.[18] Oleh karena hal inilah,
tubuh membutuhkan asupan vitamin larut air secara terus-menerus.
Vitamin A
Vitamin A, yang juga dikenal dengan nama retinol, merupakan vitamin yang
berperan dalam pembentukkan indra penglihatan yang baik, terutama di
malam hari, dan sebagai salah satu komponen penyusun pigmen mata di
retina. Selain itu, vitamin ini juga berperan penting dalam menjaga
kesehatan kulit dan imunitas tubuh.[17] Vitamin ini bersifat mudah rusak
oleh paparan panas, cahaya matahari, dan udara. Sumber makanan yang
banyak mengandung vitamin A, antara lain susu, ikan, sayur-sayuran
(terutama yang berwarna hijau dan kuning), dan juga buah-buahan
(terutama yang berwarna merah dan kuning, seperti cabai merah, wortel,
pisang, dan pepaya).[1]
Apabila terjadi defisiensi vitamin A, penderita akan mengalami rabun
senja dan katarak. Selain itu, penderita defisiensi vitamin A ini juga
dapat mengalami infeksi saluran pernapasan, menurunnya daya tahan tubuh,
dan kondisi kulit yang kurang sehat. Kelebihan asupan vitamin A dapat
menyebabkan keracunan pada tubuh.[1] Penyakit yang dapat ditimbulkan
antara lain pusing-pusing, kerontokan rambut, kulit kering bersisik, dan
pingsan.[19] Selain itu, bila sudah dalam kondisi akut, kelebihan
vitamin A di dalam tubuh juga dapat menyebabkan kerabunan, terhambatnya
pertumbuhan tubuh, pembengkakan hati, dan iritasi kulit.[1]
Sayur-sayuran hijau dan kacang-kacangan sebagai sumber
vitamin A dan vitamin B yang tinggi.
Vitamin B
Secara umum, golongan vitamin B berperan penting dalam metabolisme di
dalam tubuh, terutama dalam hal pelepasan energi saat beraktivitas.[18]
Hal ini terkait dengan peranannya di dalam tubuh, yaitu sebagai senyawa
koenzim yang dapat meningkatkan laju reaksi metabolisme tubuh terhadap
berbagai jenis sumber energi. Beberapa jenis vitamin yang tergolong
dalam kelompok vitamin B ini juga berperan dalam pembentukan sel darah
merah (eritrosit). Sumber utama vitamin B berasal dari susu, gandum,
ikan, dan sayur-sayuran hijau.[19]
Vitamin B1
Vitamin B1, yang dikenal juga dengan nama tiamin, merupakan salah satu
jenis vitamin yang memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan
kulit dan membantu mengkonversi karbohidrat menjadi energi yang
diperlukan tubuh untuk rutinitas sehari-hari. Di samping itu, vitamin B1
juga membantu proses metabolisme protein dan lemak. Bila terjadi
defisiensi vitamin B1, kulit akan mengalami berbagai gangguan, seperti
kulit kering dan bersisik.[17] Tubuh juga dapat mengalami beri-beri,
gangguan saluran pencernaan, jantung, dan sistem saraf. Untuk mencegah
hal tersebut, kita perlu banyak mengonsumsi banyak gandum, nasi, daging,
susu, telur, dan tanaman kacang-kacangan. Bahan makanan inilah yang
telah terbukti banyak mengandung vitamin B1.[1]
Vitamin B2
Vitamin B2 (riboflavin) banyak berperan penting dalam metabolisme di
tubuh manusia.[1] Di dalam tubuh, vitamin B2 berperan sebagai salah satu
kompenen koenzim flavin mononukleotida (flavin mononucleotide, FMN) dan
flavin adenine dinukleotida (adenine dinucleotide, FAD). Kedua enzim
ini berperan penting dalam regenerasi energi bagi tubuh melalui proses
respirasi. Vitamin ini juga berperan dalam pembentukan molekul steroid,
sel darah merah, dan glikogen, serta menyokong pertumbuhan berbagai
organ tubuh, seperti kulit, rambut, dan kuku.[6] Sumber vitamin B2
banyak ditemukan pada sayur-sayuran segar, kacang kedelai, kuning telur,
dan susu. Defisiensinya dapat menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh,
kulit kering bersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah, dan sariawan.
Vitamin B3
Beri-beri, penyakit yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B1
Vitamin B3 juga dikenal dengan istilah niasin. Vitamin ini berperan
penting dalam metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi,
metabolisme lemak, dan protein.[20] Di dalam tubuh, vitamin B3 memiliki
peranan besar dalam menjaga kadar gula darah, tekanan darah tinggi,
penyembuhan migrain, dan vertigo. Berbagai jenis senyawa racun dapat
dinetralisir dengan bantuan vitamin ini.[20] Vitamin B3 termasuk salah
satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani, seperti
ragi, hati, ginjal, daging unggas, dan ikan.[17] Akan tetapi, terdapat
beberapa sumber pangan lainnya yang juga mengandung vitamin ini dalam
kadar tinggi, antara lain gandum dan kentang manis. Kekurangan vitamin
ini dapat menyebabkan tubuh mengalami kekejangan, keram otot, gangguan
sistem pencernaan, muntah-muntah, dan mual.[19]
Vitamin B5
Vitamin B5 (asam pantotenat) banyak terlibat dalam reaksi enzimatik di
dalam tubuh. Hal ini menyebabkan vitamin B5 berperan besar dalam
berbagai jenis metabolisme, seperti dalam reaksi pemecahan nutrisi
makanan, terutama lemak.[6] Peranan lain vitamin ini adalah menjaga
komunikasi yang baik antara sistem saraf pusat dan otak dan memproduksi
senyawa asam lemak, sterol, neurotransmiter, dan hormon tubuh. [20]
Vitamin B5 dapat ditemukan dalam berbagai jenis variasi makanan hewani,
mulai dari daging, susu, ginjal, dan hati hingga makanan nabati, seperti
sayuran hijau dan kacang hijau. Seperti halnya vitamin B1 dan B2,
defisiensi vitamin B5 dapat menyebabkan kulit pecah-pecah dan bersisik.
Selain itu, gangguan lain yang akan diderita adalah keram otot serta
kesulitan untuk tidur.[1]
Vitamin B6
Vitamin B6, atau dikenal juga dengan istilah piridoksin, merupakan
vitamin yang esensial bagi pertumbuhan tubuh. Vitamin ini berperan
sebagai salah satu senyawa koenzim A yang digunakan tubuh untuk
menghasilkan energi melalui jalur sintesis asam lemak, seperti
spingolipid dan fosfolipid.[20][6] Selain itu, vitamin ini juga berperan
dalam metabolisme nutrisi dan memproduksi antibodi sebagai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap antigen atau senyawa asing yang berbahaya bagi
tubuh.[20] Vitamin ini merupakan salah satu jenis vitamin yang mudah
didapatkan karena vitamin ini banyak terdapat di dalam beras, jagung,
kacang-kacangan, daging, dan ikan. Kekurangan vitamin dalam jumlah
banyak dapat menyebabkan kulit pecah-pecah, keram otot, dan
insomnia.[19]
Vitamin B12
Vitamin B12 atau sianokobalamin merupakan jenis vitamin yang hanya
khusus diproduksi oleh hewan dan tidak ditemukan pada tanaman. Oleh
karena itu, vegetarian sering kali mengalami gangguan kesehatan tubuh
akibat kekurangan vitamin ini.[20] Vitamin ini banyak berperan dalam
metabolisme energi di dalam tubuh. Vitamin B12 juga termasuk dalam salah
satu jenis vitamin yang berperan dalam pemeliharaan kesehatan sel
saraf, pembentukkan molekul DNA dan RNA, pembentukkan platelet darah.[6]
Telur, hati, dan daging merupakan sumber makanan yang baik untuk
memenuhi kebutuhan vitamin B12. Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan
anemia (kekurangan darah), mudah lelah lesu, dan iritasi kulit.[1]
Vitamin C
Buah jeruk, terkenal atas kandungan vitamin C-nya yang tinggi.
Vitamin C (asam askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan
tubuh kita. Di dalam tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa
pembentuk kolagen yang merupakan protein penting penyusun jaringan
kulit, sendi, tulang, dan jaringan penyokong lainnya. [21] Vitamin C
merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat menangkal berbagai
radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan kita. Terkait dengan
sifatnya yang mampu menangkal radikal bebas, vitamin C dapat membantu
menurunkan laju mutasi dalam tubuh sehingga risiko timbulnya berbagai
penyakit degenaratif, seperti kanker, dapat diturunkan.[22] Selain itu,
vitamin C berperan dalam menjaga bentuk dan struktur dari berbagai
jaringan di dalam tubuh, seperti otot. Vitamin ini juga berperan dalam
penutupan luka saat terjadi pendarahan dan memberikan perlindungan lebih
dari infeksi mikroorganisme patogen.[21] Melalui mekanisme inilah
vitamin C berperan dalam menjaga kebugaran tubuh dan membantu mencegah
berbagai jenis penyakit. Defisiensi vitamin C juga dapat menyebabkan
gusi berdarah dan nyeri pada persendian. Akumulasi vitamin C yang
berlebihan di dalam tubuh dapat menyebabkan batu ginjal, gangguan
saluran pencernaan, dan rusaknya sel darah merah.[21]
Vitamin D
Vitamin D juga merupakan salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan
pada makanan hewani, antara lain ikan, telur, susu, serta produk
olahannya, seperti keju. Bagian tubuh yang paling banyak dipengaruhi
oleh vitamin ini adalah tulang. Vitamin D ini dapat membantu metabolisme
kalsium dan mineralisasi tulang.[23] Sel kulit akan segera memproduksi
vitamin D saat terkena cahaya matahari (sinar ultraviolet). Bila kadar
vitamin D rendah maka tubuh akan mengalami pertumbuhan kaki yang tidak
normal, dimana betis kaki akan membentuk huruf O dan X.[24] Di samping
itu, gigi akan mudah mengalami kerusakan dan otot pun akan mengalami
kekejangan.[1] Penyakit lainnya adalah osteomalasia, yaitu hilangnya
unsur kalsium dan fosfor secara berlebihan di dalam tulang. Penyakit ini
biasanya ditemukan pada remaja, sedangkan pada manula, penyakit yang
dapat ditimbulkan adalah osteoporosis, yaitu kerapuhan tulang akibatnya
berkurangnya kepadatan tulang. Kelebihan vitamin D dapat menyebabkan
tubuh mengalami diare, berkurangnya berat badan, muntah-muntah, dan
dehidrasi berlebihan.[17]
Vitamin E
Struktur molekul vitamin E
Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam
tubuh, mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati.
Selain itu, vitamin ini juga dapat melindungi paru-paru manusia dari
polusi udara. Nilai kesehatan ini terkait dengan kerja vitamin E di
dalam tubuh sebagai senyawa antioksidan alami. Vitamin E banyak
ditemukan pada ikan, ayam, kuning telur, ragi, dan minyak
tumbuh-tumbuhan. Walaupun hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit,
kekurangan vitamin E dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang fatal
bagi tubuh, antara lain kemandulan baik bagi pria maupun wanita. Selain
itu, saraf dan otot akan mengalami gangguan yang berkepanjangan.[19]
Vitamin K
Vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah yang
baik dan penutupan luka. Defisiensi vitamin ini akan berakibat pada
pendarahan di dalam tubuh dan kesulitan pembekuan darah saat terjadi
luka atau pendarahan. Selain itu, vitamin K juga berperan sebagai
kofaktor enzim untuk mengkatalis reaksi karboksilasi asam amino asam
glutamat.[25] Oleh karena itu, kita perlu banyak mengonsumsi susu,
kuning telur, dan sayuran segar yang merupakan sumber vitamin K yang
baik bagi pemenuhan kebutuhan di dalam tubuh.[17]
Berikut adalah senyawa-senyawa yang tergolong vitamin alami.
Tahun penemuan vitamin alami dan sumbernyaTahun penemuanVitaminNama
biokimiaDitemukan di1909Vitamin ARetinolWortel1912Vitamin
B1TiaminSusu1912Vitamin CAsam askorbatJeruk sitrun1918Vitamin
DKalsiferolKeju1920Vitamin B2RiboflavinTelur1922Vitamin ETokoferolMinyak
mata bulir gandum,1926Vitamin B12SianokobalaminTelur1929Vitamin
KFilokuinonaKuning telur1931Vitamin B5Asam pantotenatSusu1931Vitamin
B7BiotinHati1934Vitamin B6PiridoksinKacang1936Vitamin
B3NiasinRagi1941Vitamin B9Asam folatHati
Senyawa serupa vitamin
Sel darah merah, terbentuk sempurna oleh kontribusi vitamin B, C, dan E, serta asam para-aminobenzoat
Selain vitamin, tubuh juga memproduksi senyawa lain yang juga berperan
dalam kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Senyawa ini memiliki
karakteristik dan aktivitas yang mirip dengan vitamin sehingga
seringkali disebut dengan istilah senyawa serupa vitamin
({{lang-en|vitamin like substances).[26] Perbedaan utamanya dengan
vitamin adalah senyawa ini diproduksi tubuh dalam jumlah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Beberapa senyawa ini pernah
diklasifikasikan ke dalam kelompok vitamin B kompleks karena kemiripan
fungsi dan sumber makanannya. Akan tetapi, secara umum peranan senyawa
serupa vitamin ini tidaklah sepenting vitamin.[27]
Kolina merupakan salah satu senyawa yang termasuk dalam golongan senyawa
serupa vitamin. Senyawa ini dapat ditemukan di setiap sel mahluk hidup
dan berperan dalam pengaturan sistem saraf yang baik dan beberapa
metabolisme sel.[28] Mioinositol (myoinositol) juga termasuk dalam
golongan senyawa serupa vitamin yang larut dalam air.[29] Peranannya
dalam tubuh secara spesifik belum diketahui. Contoh lain dari senyawa
serupa vitamin ini adalah asam para-aminobenzoat (4-aminobenzoic acid,
PABA) yang berperan sebagai senyawa antioksidan dan penyusun sel darah
merah. Karnitina merupakan senyawa lain yang berperan dalam sistem
transportasi asam lemak dan pembentukkan otot tubuh.[28]
Vitamin sebagai antioksidan
Semua jenis kehidupan di bumi memerlukan energi untuk dapat bertahan
hidup. Untuk menghasilkan energi ini, makhluk hidup memerlukan bantuan
berbagai substansi, salah satunya adalah oksigen. Oksigen terlibat
secara langsung dalam metabolisme energi di dalam tubuh. Sebagai produk
sampingannya, oksigen dilepaskan dalam bentuk yang tidak stabil. Molekul
inilah yang dikenal dengan nama radikal bebas (free radicals).[30]
Oksigen yang tidak stabil memiliki elektron bebas yang tidak berpasangan
sehingga bersifat reaktif. Kereaktifan oksigen ini sangat berbahaya
bagi tubuh karena dapat mengoksidasi dan merusak DNA, protein,
karbohidrat, asam lemak, dan membran sel di dalam tubuh. Sumber radikal
bebas lainnya adalah asap rokok, polusi lingkungan, dan sinar
ultraviolet.[31]
Asap rokok, salah satu sumber radikal bebas yang dapat
merusak jaringan tubuh, terutama paru-paru.
Tubuh memiliki beberapa mekanisme pertahanan terhadap senyawa radikal
bebas ini untuk menetralkan efek negatifnya. Kebanyakan diantaranya
adalah senyawa antioksidan alami, seperti enzim superoksida dismutase,
katalase, dan glutation peroksidase. Antioksidan sendiri berarti senyawa
yang dapat mencegah terjadinya peristiwa oksidasi atau reaksi kimia
lain yang melibatkan molekul oksigen (O2).[32] Senyawa lain yang juga
dapat berperan sebagai antioksidan adalah glutation, CoQ10, dan gugus
tiol pada protein, serta vitamin.[33] Beberapa jenis vitamin telah
terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang cukup tinggi. Contoh
vitamin yang banyak berperan sebagai senyawa antioksidan di dalam tubuh
adalah vitamin C dan vitamin E.[6]
Vitamin E dapat membantu melindungi tubuh dari oksidasi senyawa
radikal bebas.[33] Vitamin ini juga mampu bekerja dalam kondisi kadar
senyawa radikal bebas yang tinggi sehingga mampu dengan efisien dan
efektif menekan reaksi perusakan jaringan di dalam tubuh melalui proses
oksidasi. Di samping vitamin E, terdapat satu jenis vitamin lagi yang
juga memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi, yaitu vitamin C.
Vitamin ini berinteraksi dengan senyawa radikal bebas di bagian cairan
sel. Selain itu, vitamin C juga dapat memulihkan kondisi tubuh akibat
adanya reaksi oksidasi dari berbagai senyawa berbahaya.[33]
Bila kadar radikal bebas di dalam tubuh menjadi sangat berlebih dan
tidak lagi dapat diantisipasi oleh senyawa antioksidan maka akan timbul
berbagai penyakit kronis, seperti kanker, arterosklerosis, penyakit
jantung, katarak, alzhemeir, dan rematik.[30] Bagi orang yang memiliki
sejarah penyakit kronis tersebut dalam garis keturunannya, dianjurkan
untuk mengonsumsi banyak makanan yang mengandung vitamin C dan E sebagai
sumber senyawa antioksidan. Selain itu, suplemen makanan juga dapat
turut membantu mengatasi masalah tersebut.
Vitamin dan penuaan tubuh
Struktur mitokondria, salah satu organel sel penghasil energi bagi tubuh
Penuaan tubuh merupakan hasil akumulasi dari berbagai kerusakan sel
dan jaringan yang tidak dapat diperbaiki. Pada keadaan normal, kerusakan
pada sel dan jaringan tubuh dapat diperbaiki melalui proses replikasi
sel tubuh yang juga dikenal dengan istilah mitosis.[34] Akan tetapi,
pada berbagai kasus sel yang rusak tidak lagi dapat diperbaharui,
melainkan terus terakumulasi. Hal inilah yang berpotensi menyebabkan
penuaan pada tubuh.[33] Senyawa radikal bebas merupakan salah satu agen
yang berkontribusi besar dalam peristiwa ini.
Mitokondria merupakan salah satu organel sel yang paling rentan
mengalami kerusakan oleh senyawa oksigen reaktif (radikal bebas). Hal
ini terkait dengan banyaknya reaksi pelepasan oksigen bebas di dalam
organel ini yang merupakan pusat metabolisme energi tubuh.[30] Banyak
penelitian telah membuktikan bahwa tingkat kerusakan mitokondria ini
berhubungan langsung dengan proses penuaan tubuh atau panjangnya umur
suatu makhluk hidup. Selain itu, kerusakan DNA akibat reaksi oksidasi
oleh radikal bebas juga turut berperan besar dalam peristiwa ini.[30]
Oleh karena itu, tubuh memerlukan suatu senyawa untuk menekan efek
perusakan oleh radikal bebas.
Mineral
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis.
Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga
struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam
sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang
diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Ilmu yang
mempelajari mineral disebut mineralogi.
Klasifikasi dan definisi mineral
Agar dapat diklasifikasikan sebagai mineral sejati, senyawa tersebut
haruslah berupa padatan dan memiliki struktur kristal. Senyawa ini juga
harus terbentuk secara alami dan memiliki komposisi kimia yang tertentu.
Definisi sebelumnya tidak memasukkan senyawa seperti mineral yang
berasal dari turunan senyawa organik. Bagaimanapun juga, The
International Mineralogical Association tahun 1995 telah mengajukan
definisi baru tentang definisi material:
Mineral adalah suatu unsur atau senyawa yang dalam keadaan normalnya
memiliki unsur kristal dan terbentuk dari hasil proses geologi.[1]
Klasifikasi modern telah mengikutsertakan kelas organik kedalam daftar
mineral, seperti skema klasifikasi yang diajukan oleh Dana dan
Strunz.[2][3]
Air
D. KLASIFIKASI ZAT GIZI
Makro:- Karbohidrat- Protein- Lemak
Mikro:- Vitamin- Mineral- Air
E. FUNGSI ZAT GIZI
Memberi energi- karbohidrat, lemak dan protein
Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh- protein, mineral dan air
(zat pembangunMengatur proses tubuh- protein, mineral, air dan vitamin
F. AKIBAT GANGGUAN GIZI TERHADAP FUNGSI TUBUH
Akibat Gizi Kurang:
pertumbuhan
produksi tenaga
pertahanan tubuh
struktur dan fungsi otak
perilaku
Penyakit gangguan gizi yang pertama kali ditemukan adalah scorbut
pada tahun 1497 atau lebih populer kita kenal dengan penyakit sariawan.
Pada waktu itu Vasco da Gama dalam pelayarannya menuju Indonesia telah
kehilangan lebih dari separuh anak buahnya yang meninggal akibat
penyakit ini.[rujukan?] Baru pada permulaan abad XX para ahli kedokteran
dapat memastikan bahawa penyakit ini diakibatkan karena kekurangan
vitamin C.
G. 4 SEHAT 5 SEMPURNA
Slogan 4 Sehat 5 Sempurna dicetuskan oleh Prof.Poerwo Soedarmo yang
dikenal sebagai bapak gizi Indonesia pada tahun 1950. Slogan ini mengacu
ke slogan "Basic Four" dari Amerika. "Basic Four" ini diciptakan tahun
1940-an bertujuan mencegah pola makan orang Amerika yang cenderung
banyak lemak, tinggi gula, dan kurang serat.
Komposisi 4 sehat 5 sempurna adalah sebagai berikut:
Makanan Pokok
Makanan pokok yaitu makanan yang menjadi sumber energi dalam tubuh.
Dalam hal ini yang termasuk makanan sumber energi adalah makanan yang
kaya akan karbohidrat seperti nasi, jagung, gandum, kentang, oat, serta
umbi-umbian.
Lauk Pauk
Lauk pauk adalah makanan utama pendamping makanan pokok. Lauk pauk
berfungsi sebagai sumber zat pembangun untuk tubuh. Makanan lauk pauk
banyak yang mengandung protein misalnya seperti telur, daging, ikan,
tahu dan tempe.
Sayur-Sayuran
Sayuran yang baik untuk kesehatan tubuh adalah sayuran yang berwarna
hijau karena sayuran ini mengandung banyak vitamin, serat, dan protein
nabati yang sangat berguna bagi kesehatan, seperti bayam, tomat, terong,
dan lainnya.
Buah-Buahan
Buah-buahan kaya akan vitamin yang berperan untuk kesegaran dan
kesehatan tubuh. Selain itu buah-buahan juga mengandung mineral dan
serat yang baik untuk kesehatan pencernaan.
Susu
Dalam rumusan makanan 4 sehat 5 sempurna ini, susu merupakan makanan
pelengkap, dalam artian susu tidak wajib ada, namun akan lebih baik jika
dapat melengkapi dengan susu.
Kamis, 20 Juni 2013
0 Comments